Selasa, 18 September 2018

Sisa Bersama Hari Ini

Senin, 17 September 2018


Waktu terasa cepat berganti, semakin cepat saat kau ada disisi.

Hari-hari sepiku menjadi lebih berarti semenjak kau hadir menemani. Denganmu cerita apapun dapat kubagi, denganmu aku tidak lagi merasa sendiri.

Tapi,

Senyuman bahagia saat bersamamu, tetap tak bisa menyembunyikan ketakutan di lain sisi.

Nanti, tak akan seperti hari ini.
Nanti, tak akan semudah hari ini.
Untuk sementara, jarak akan sedikit menyesakkan hati.
Sementara, takkan bisa merasakan hangatnya pelukmu ini.
Sementara, takkan bisa memandang wajahmu sedekat ini.
Sementara, kita akan sulit menikmati waktu bersama seperti sekarang ini.
Sementara, yang bisa dipercaya nanti hanya janji-janji.
Sementara yang dapat mengobati rindu nanti hanya momen-momen bahagia yang sudah kita lalui.

Nanti, pasti akan sulit dijalani.
Ketika jarak dan waktu akan sementara memisahkan dua raga namun sama-sama menjaga hati ketika jauh nanti.

Jangan menjadi seseorang yang mudah pergi, apalagi jika hanya karena emosi.
Tetaplah disini untuk saling mengerti.
Tetaplah saling menyayangi.

Tetaplah menjadi seseorang yang selalu menemani meski tak selalu disisi.
Sampai tiba waktunya nanti, kita akan menemukan hari-hari yang akan lebih bahagia dari hari-hari yang telah kita jalani selama ini.

Seperti Langit Mendung yang Menahan Hujan


Seperti langit mendung yang menahan hujan, seperti itulah aku menahan perasaan.
Haruskah aku bahagia karena telah terungkapnya sebuah kebenaran?
Atau harus merasa terluka karena telah di beri kebohongan?
BohongMemangnya aku siapa?
Mungkin kau juga akan mengakuiku sebagai dan sebatas teman.
Bagaimana ini? Bagaimana aku menahannya?
Bagaimana bisa aku tidak punya rasa, padamu yang memberi arti bahagia?
Bagaimana bisa aku tidak punya rasa, padamu yang selalu berusaha membuatku tertawa?
Bagaimana bisa aku tidak jatuh hati, padamu yang selalu hadir menemani?
Bagaimana bisa aku punya rasa,  tapi aku harus menahannya?
Bagaimana bisa aku jatuh hati, tapi aku harus menyembunyikannya?
Bagaimana bisa aku tidak tahu kau ada yang punya?
Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya?
Bagaimana bisa aku harus menjauhsaat hatiku sendiri sudah jatuh?
Bagaimana bisa aku berpura-pura lupasaat aku sudah merasa mulai tumbuhnya cinta diantara kita?
Bagaimana bisa kau membuat bunga bermekaranlalu kau buat berguguran?
Bagaimana bisa kau buat langitku menjadi cerah membirulalu kau ubah menjadi kelabu?
Seperti langit mendung yang sedang menahan hujan,
Seperti itulah aku menahan perasaan.
Seperti langit mendung yang sedang menahan hujan,
Seperti itulah aku menahan sebuah tangisan.
Seperti langit mendung yang menahan hujan,
Seperti itulah aku harus menerima sebuah kenyataan.

Maafku

Minggu, 24 Juni 2018.



Maaf karena sudah merasa memilikimu, mulai melarangmu melakukan sesuatu yang kau suka, namun menurutku tak baik untukmu. Mulai menyimpan cemburu saat kau membahas seseorang yang pernah ada dalam masa lalumu. Merasa cemburu saat kau pergi dengan seseorang yang bukan aku, merasa cemburu saat kau membalas pesan yang bukan dari aku.

Maaf sudah diam-diam mengkhawatirkan, dikeadaanmu yang sedang tidak sehat. Ikut mengatur-atur apa yang harus kau jaga untuk tetap baik-baik saja. Bersikap "sok tahu" pada hal-hal yang sebenarnya lebih kau ketahui tentang dirimu.

Maaf jika aku sangat begitu mudah untuk merindukanmu. Rindu perhatian-perhatian kecil yang pernah kau lakukan untukku, seperti ketika kau menggengam tanganku saat menyeberang jalan, memastikan aku ada disisi kanan (sebaliknya) agar tidak terserempet kendaraan ketika berjalan di pinggir jalan, dan omelan-omelan lucu darimu ketika aku tak menjaga pola makan.

Maaf aku selalu ingin bertemu, bahkan menganggu waktumu dengan selalu ingin tahu bagaimana kabarmu atau apa saja yang sedang kau lakukan saat kita sedang tidak bertemu.

Maaf sudah lupa diri karena sudah merasa dicintai. Aku marah saat itu, tapi aku hilang kendali, sampai tak bisa mengontrol emosi. Meski marahku hanya berdiam diri, tapi memang akan lebih baik jika saat itu kau juga ikut mengetahui. Pasti hubungan kita tak akan seperti sekarang ini.

Aku ingin segera memperbaiki, aku ingin memperbaiki kita. Aku tahu mungkin sekarang kau kecewa, hingga bersikap berbeda. Dan aku masih tidak tahu bagaimana caranya agar kau kembali seperti sebelumnya.

Mungkin kau tidak menyadarinya, maaf aku sudah menulis tentangmu disini. Bukan hanya tulisan ini, mungkin juga beberapa tulisan lainnya. Aku tidak tau kau akan membacanya atau tidak, tapi jika suatu hari nanti kau membacanya, tolong jangan beritahu aku. Cukup kau saja yang tahu. Aku malu, tidak bisa mengatakannya langsung padamu.

Maaf sudah selalu menyebut namamu dalam do'a ku. Sudah ikut campur selalu mendoakan yang terbaik untuk hidupmu.

Maaf sudah selancang ini aku menyayangimu. Maaf sudah diam-diam takut kehilanganmu.  :)

Senin, 07 Mei 2018

Andaikan

Senin, 6 Mei 2018.


Andai hari itu aku datang, apa kau akan menyambutku dengan sebuah senyuman?
Saat itu aku takut, takut hanya akan menjadi seseorang yang kau sembunyikan.
Aku takut pulang dengan kekecewaan, padahal aku berniat datang setelah mengumpulkan segala keberanian.

Andai hari itu aku datang, apa kau akan merasa bahagia?  Atau mungkin malah risih jadinya?

Namun aku yakin kau akan baik-baik saja meski aku tak disana. Karena kehadiran ia disana cukup membuatku bahagia.

Andai kau tahu berapa banyak lembaran kertas yang kuhabiskan untuk menuliskan segala perasaan yang sedikit demi sedikit mulai kurasakan. Namun tak jadi tersampaikan karena tiba-tiba hilang keberanian.

Andai hari itu kutuliskan, semua jawaban dari pertanyan yang kau tanyakan. Semua alasan yang selama ini kau khawatirkan.  Kutulis dengan kejujuran, respon seperti apa yang akan aku dapatkan?

Andai hari itu semua rasa tersampaikan, mungkin hari ini aku hanya akan menjadi seseorang yang menyedihkan.

Karena tak semua rasa yang datang bisa bertahan apalagi terbalaskan,
Karena tak semua waktu bisa meyakinkan,
Karena tak semua janji bisa dipertanyakan dan dipertanggungjawabkan.
Karena tak semua orang dapat menghargai sebuah perjuangan.

Minggu, 06 Mei 2018

Semesta, aku ingin bercerita.

Minggu,  6 Mei 2018

Semesta, aku ingin bercerita. Ini tentangnya yang kebetulan ada saat aku sedang terluka.  Mengenalnya adalah hal yang tak pernah kuduga sebelumya. Ia bagai mimpi yang tiba-tiba berubah menjadi nyata.

Semesta, mengapa saat aku terbiasa dengan kehadirannya, aku merasa semakin jauh darinya. Banyak hal darinya yang berbeda. Semesta, beritahu ia bahwa aku menerimanya. Yakinkan ia bahwa aku bersedia menemaninya dan membuat cerita bersama.

Semesta, sampaikan padanya kini aku sedang merasa tak baik-baik saja. Sampaikan padanya aku ingin tahu siapa seseorang yang menghuni hatinya. Sampaikan padanya aku ingin tahu siapa yang selalu ada dalam pikirannya hingga menyita waktu. Semesta, beritahu aku bagaimana cara menyampaikan rasa bahwa aku menyayanginya.

Semesta, ternyata ada yang lebih menyakitkan daripada ditinggalkan karena seseorang yang kita cintai memilih seseorang yang menurutnya lebih baik, yaitu diabaikan seseorang yang kita cintai karena ia masih mengenang masa lalunya yang terlalu baik.

Semesta, apa setiap manusia diciptakan hanya untuk datang dan pergi?  Apa yang datang hanya sekedar memberi pelajaran? Kemudian pergi menyisakan luka dan kenangan. 

Semesta, lalu siapa yang akan menatap  selamanya untuk menemaniku memulai perjalanan cerita bahagia yang selama ini diimpikan?

Jumat, 13 April 2018

Saat Bulan dan Langit jadi Satu



Jeng jeng jeng nemu tulisan lama di notes 😂

17 Mei 2016
Tujuh bulan lalu,
saat langit dan bumi seolah jadi satu.
Saat air dan minyak masih dapat berdampingan.
Saat mentari masih bersinar hingga hujan pun tampak malu untuk datang.
Di tengah gemuruh suara langit, ia masih semangat memancarkan cahayanya.
Begitupun dengan hatiku,
suara hati ini berteriak seakan enggan kehilanganmu.

Meski kamu masih hangat menyapaku.
Meski masih kamu perlihatkan rasa itu.
Meski masih kudapati kamu disisiku.
Tapi entah mengapa hatiku berkata lain, dan aku tak bisa se-ceria dulu.
Aku ingin menceritakan hari itu, ditemani lagu-lagu yang ada di playlist handphone ku. Semoga kamu tidak keberatan karena aku menceritakannya ya.

Saat itu kita sedang meluangkan waktu berdua ditengah kesibukan yang akan kita jalani beberapa hari ke depan. Kita berencana pergi menonton sebuah film bioskop di sebuah mall pada sore hari. Aku masih mengenakan seragam sma ku yang aku tutupi dengan jaket jeans yang sengaja kubawa.
Di tengah perjalanan, kita berbincang banyak hal, kamu bercerita tentang hobimu, dimarahi pelatih. Itu yang aku ingat. Kamu juga bercerita ingin melanjutkan kuliah dengan jurusanmu yang aku lupa itu namanya, dan ke khawatiranmu tentang masa depan.

"Semoga nanti impianmu tercapai" itu doaku dalam hati sambil tersenyum tipis yang membuatmu bingung mengapa aku tersenyum sendiri.

Begitu selesai menonton, kita pergi makan malam bersama. Malam itu sikapmu masih hangat seperti biasa. Malah menurutku kamu memperlakukanku sangat baik pada malam itu. Tidak lagi baik, saat kamu menyebutkan namanya. Mungkin hal sepele bagimu, tapi hal itu sedikit melukai hatiku. Tapi tak apalah, aku juga tidak mau menganggu kebersamaan kita malam itu.

Dari pada merusak suasana, lebih baik ku sembunyikan saja pikirku.

Kemudian kamu mengantarku pulang, kamu bernyanyi nyanyi malam itu. Aku senang karena kamu terlihat sangat bahagia. Tapi hatiku berbisik seakan hari itu adalah hari terakhir kebersamaan kita.

Ah sudahlah mungkin itu hanya perasaanku saja. Lupakan. Lagi-lagi aku menguatkan hatiku.

Di hari berikutnya kesibukan itu pun datang. Kamu sibuk dengan pertandingan mu. Dan aku sibuk dengan organisasi ku. Walaupun sebenarnya kita berada pada kegiatan yang sama. Tapi kita sudah seperti dua orang yang tidak mengenal saja.
Hey, kamu ingat tidak saat kegiatan itu kita bermain air bersama. Saat itu aku senang sekali, ku lihat kamu pun terlihat gembira. Lalu kamu melemparkan seember air padaku. Siraman air itu seakan menyadarkanku dari kesenangan yang sebelumnya aku rasakan. Meski aku dan kamu tertawa tapi sebenarnya hatiku tidak. Entahlah akupun tidak tahu kenapa.

Perasaanku masih tak bisa tenang, hingga kegiatan itu berakhir. Kemudian ujian tengah semester pun tiba, dan seharusnya aku bisa fokus, karena ini adalah ujian tengah semester terakhirku sebelum masa SMA ku berakhir. Tapi kau membuatku tak bisa melakukannya.

Aku malah kebingungan dengan sikapmu yang mulai berubah, tak lagi sama dan bersikap semakin dingin saja.

Aku ingat saat itu kau menyuruhku mencari pasangan lain, karena kau tak cukup dewasa dan masih ingin bermain-main. Kau tak merasa baik untuk bersamaku. Dan meski sudah kuyakinkan bahwa aku menerimamu apa adanya, kau tetap menginginkan aku melakukannya.

Kau semakin memberi perlakuan yang berbeda, kau memberi jarak diantara kita. Pesan-pesanku kini sangat lama kau baca, bahkan hanya sesekali saja kau membalasnya. Bahkan diperjalanan saat kita pulang bersama, kau tak mengeluarkan sepatah kata. Kau hanya bilang kita tak usah lagi pergi dan pulang bersama. Dan yang lebih keterlaluan, kau tak memberi sapa saat kita tidak sengaja bertatap muka.

Sungguh sikapmu saat itu benar-benar menghancurkan semangat belajarku.
Mungkin sore itu adalah titik puncak rasa kesalku. Kamu tahu aku kesal karena kita tak lagi punya waktu bersama. Kamu terlalu sibuk dengan pertandinganmu dan jarang sekali memberi aku kabar. Bahkan mungkin tidak sama sekali. Aku kesal karena kamu sering tak membalas pesanku,  aku kesal karena semakin hari isi pesan kita semakin singkat.

Aku kesal karena sikap mu yang sangat dingin seolah tak lagi peduli padaku.
Hingga aku bertanya padamu sebenarnya apa maumu. Dan malam itu seperti nya hujan benar-benar sudah tak malu lagi untuk datang. Ia hanya ingin berusaha tegar. Perpisahan itu benar terjadi. Aku akan kehilanganmu.

Aku sedang merasakan lagi bagaimana patah hati yang kurasakan dulu. Bahkan tak kusangka yang mematahkan adalah seseorang yang menyembuhkan patah hatiku.

Selasa, 10 April 2018

Kupikir Kita Sama

Selasa, 10 April 2018

Awalnya kurasa biasa pada jumpa pertama kita,
Tapi semakin lama, aku menyadari ada rasa yang berbeda saat kita mulai banyak menghabiskan waktu bersama,
Bertukar cerita,
Bercanda dan tertawa,
Juga saling memberitahu hal-hal apa saja yang kita suka.

Kau pasti ingat saat tiba-tiba saja kita menyanyikan lagu yang sama saat dalam perjalanan,
Sampai akhirnya aku bernyanyi lagu yang kita sukai dan dengan gitarmu kau mengiringi.

Atau saat tiba-tiba saja kita bertemu saat sedang berolahraga, dan akhirnya kita berolahraga bersama.
Lalu pergi makan siang bersama,
Dan lagi, selera kita sama.

Kemudian kau juga bercerita, kau senang menikmati indahnya alam semesta.
Lalu kita membuat janji, menentukan sebuah tempat Indah untuk dikunjungi bersama.

Kau juga pasti ingat, betapa terkejutnya aku saat tahu kau senang menulis dan membaca.
Sudah banyak puisi manis yang kau tulis,
Dam sudah banyak kisah yang telah kau baca.

Saat kau mulai memberikan perhatian berbeda, kupikir kita sama-sama menyimpan satu rasa yang sama.
Saat kau menghubungiku setelah lama tam jumpa, kupikir kita merasakan rindu yang sama.
Saat kau beritahu aku, kau menyayangiku, kupikir kita sama-sama telah jatuh cinta.

Dari hal-hal yang terjadi antara aku dan kau, kupikir kita sama.
Tapi nyatanya hal-hal itu tak mampu membuat kita bersama selamanya.
Karena terkadang, sama tak selalu berarti bisa bersama.

Sisa Bersama Hari Ini

Senin, 17 September 2018 Waktu terasa cepat berganti, semakin cepat saat kau ada disisi. Hari-hari sepiku menjadi lebih berarti semenja...